7 September dalam Sejarah: Munir Dibunuh

 

7 September dalam Sejarah: Munir Dibunuh

Hari ini, 13 tahun silam, sebuah berita mengagetkan memenuhi media, khususnya televisi. Aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir Said Thalib, dikabarkan meninggal. Kala itu media sosial boleh dibilang belum ada. Informasi masih lebih cepat berasal dari media elektronik terutama televisi.

Aktivis HAM yang akrab disapa Cak Munir ini, meninggal dunia dalam perjalanan menuju Belanda. Munir bermaksud melanjutkan sekolah di negeri tulip ini. Namun, bahkan sebelum mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam, nyawa Munir sudah melayang.

Pemerintah Belanda yang mencurigai kematian Munir, rupanya sempat mengotopsi jenazah Munir. Dan gegerlah Indonesia. Pihak berwajib Belanda mengabarkan bahwa di tubuh Munir ditemukan racun Arsenik, penyebab kematian Munir.

Munir meninggal ketika masih dalam penerbangan Garuda Indonesia GA-974 dari Jakarta menuju Amsterdam, yang sempat transit di Singapura.

Berbulan-bulan kemudian, muncullah nama Pollycarpus Budihari Priyanto sebagai individu yang dianggap memasukan racun ke dalam makanan Munir yang belum lagi sempat habis dimakan suami Suciwati ini.

Dikutip dari Kompas, pengadilan menjatuhkan vonis 14 tahun penjara terhadap Pollycarpus. Polly adalah pilot Garuda yang saat itu sedang cuti, namun menumpang penerbangan sana dengan Munir. Polly diduga sebagai pilot merangkap agen intelijen BIN.

Sejumlah fakta persidangan juga menyebut dugaan keterlibatan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN) dalam kasus ini. Tersebutlah nama Muchdi Purwoprandjono (Mayjen Purn) dalam kapasitasnya sebagai Deputi V BIN.

Publik kagum bahwa polisi berani menangkap seorang petinggi BIN yang mantan Jendral di TNI. Namun seperti sudah diduga, pada 13 Desember 2008, Muchdi dibebaskan dari segala dakwaan.

Kamis, (7/9/2017), bertepatan dengan kegiatan rutin Kamisan yang dilakukan kerabat para korban HAM, Suciwati, mengenang kepergian suaminya.

“Hari ini, 13 tahun lalu, suami saya dibunuh. Semoga Bapak Presiden masih ingat peristiwa pembunuhan yang menimpa suami saya…,” ujar Suciwati, membacakan surat yang ia tulis untuk Presiden Joko Widodo, bertempat di seberang Istana Merdeka, Jakarta.

“Dia dibunuh dengan cara curang dan pengecut. Para pembunuh itu memakai racun arsenik dan penjahatnya masih bebas,” lanjutnya. Menurut Suciwati, Jokowi pernah berjanji akan menuntaskan kasus Munir saat mengundang 22 pakar hukum dan HAM pada 22 September 2016. “Sungguh…kami rindu Presiden yang berani dan menepati janji,” katanya.

Post a Comment

0 Comments